Tanjungtv.com – Lombok Utara mungkin dikenal sebagai surga wisata, namun di balik pemandangan eksotis itu, 1.045 warganya hidup dalam kategori miskin ekstrem. Data dari Program Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) 2024 menyajikan realitas yang mencengangkan. Dari jumlah tersebut, 300 orang bahkan tidak memiliki alat masak di rumah. Ya, kompor gas dan tabung menjadi barang “mewah” bagi mereka.
Faturahman, Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Lombok Utara, mengungkapkan pemerintah telah memulai intervensi, meskipun masih jauh dari kata cukup. Tahun ini, hanya 625 dari 1.045 warga miskin ekstrem yang menerima bantuan sembako. Dengan kata lain, sekitar 420 warga lainnya harus terus berjuang sendiri memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Anggaran kami terbatas. Kami sudah memberikan bantuan sembako, tetapi jumlahnya belum memadai untuk menjangkau semua warga yang membutuhkan,” ungkap Faturahman. Selain itu, 13 orang mendapatkan bantuan alat masak berupa kompor gas dan tabung. Angka kecil ini menjadi pengingat ironis bahwa langkah pemerintah, meski signifikan, masih seperti setetes air di padang pasir.
500 Rumah Tak Layak Huni, Lansia Menumpang Hidup
Masalah tidak berhenti di dapur. Sebanyak 500 warga miskin ekstrem tinggal di rumah tidak layak huni, sementara sebagian lainnya, terutama lansia, menumpang hidup dengan keluarga mereka. Untuk itu, intervensi lintas sektor digelar. Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (PUPR-PKPP) berusaha memperbaiki kondisi tempat tinggal warga, sementara Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan fokus pada pemberdayaan agrikultur.
Meski demikian, fakta bahwa masih banyak warga tinggal di rumah reyot dengan risiko kesehatan dan keselamatan mengintai setiap saat menjadi tantangan besar.
Dari 43 Persen ke 23 Persen: Progres atau Sekadar Angka?
Bupati Lombok Utara Djohan Sjamsu menegaskan bahwa angka kemiskinan di kabupaten ini telah menurun signifikan dari 43,14 persen pada awal pembentukan kabupaten menjadi 23,96 persen tahun ini. Namun, apakah penurunan rata-rata 1,2 persen per tahun cukup untuk menuntaskan kemiskinan ekstrem?
Sebagai kabupaten paling progresif dalam menurunkan angka kemiskinan di Provinsi NTB, Lombok Utara tentu memiliki prestasi tersendiri. Namun, fakta bahwa kemiskinan ekstrem masih membelenggu lebih dari seribu jiwa menunjukkan bahwa progres itu belum menyentuh akar masalah.
Langkah Kecil, Harapan Besar
Program bantuan seperti sembako, alat masak, hingga pembangunan rumah layak huni memang menjadi langkah kecil, tetapi dampaknya besar bagi penerima. Namun, apakah langkah kecil ini cukup untuk mengejar angka kemiskinan ekstrem yang terus menjadi bayangan gelap di tengah pesona alam Lombok Utara?