5 Hari Menuju Banjir,Jalan Lingkar Utara Tanpa Drainase, Warga Siap Blokir Proyek

banner 120x600
banner 468x60

Tanjungtv.com – Jalan Lingkar Utara di Kabupaten Lombok Utara, yang kini sedang dalam proses pembangunan, kembali menjadi sorotan. Warga Dusun Karang Anyar, Desa Medana, mendesak adanya solusi terkait ketiadaan drainase yang menyertai proyek jalan tersebut. Masalah ini memuncak pagi tadi ketika Kepala Desa Medana, Lalu Didik Indra Cahyadi, SH, mendampingi warga dalam menyampaikan protes langsung kepada pelaksana proyek di lapangan.

Ketiadaan saluran drainase menjadi perhatian serius warga, terutama karena musim hujan telah tiba. Jalan yang dibangun lebih tinggi dari permukiman memicu kekhawatiran besar: genangan air yang berpotensi masuk ke rumah-rumah warga sekitar. “Kami tidak menolak pembangunan jalan, tapi bagaimana dengan nasib kami jika hujan deras datang? Rumah kami akan tenggelam,” keluh salah satu warga.

banner 325x300

Ultimatum Warga: Tenggat Waktu 3 Hari

Kepala Desa Medana, mewakili aspirasi warga, memberikan waktu tiga hari kepada pihak pelaksana untuk menghadirkan solusi konkret terkait drainase. Dalam pertemuan singkat di lokasi, Lalu Didik menegaskan bahwa keselamatan warga harus menjadi prioritas. “Jika dalam tiga hari tidak ada jawaban yang jelas, kami akan menghentikan proyek ini secara paksa,” ancamnya.

Warga Karang Anyar bersatu dalam kekhawatiran yang sama. Beberapa di antara mereka bahkan sudah mulai mempersiapkan langkah-langkah darurat jika curah hujan meningkat. “Kami hanya ingin kejelasan. Jangan sampai proyek ini selesai, tapi kami jadi korban banjir,” tambah warga lainnya.

Proyek Miliar Rupiah Tanpa Perencanaan Matang?

Pembangunan Jalan Lingkar Utara, yang didanai dengan anggaran besar dari pemerintah daerah, kini dipertanyakan kualitas perencanaannya. Tanpa drainase, fungsi jalan justru berpotensi membahayakan masyarakat sekitar. Seorang pemerhati lingkungan lokal yang tidak ingin disebutkan namanya menyebutkan bahwa ketiadaan drainase adalah tanda lemahnya perencanaan awal proyek.

“Drainase adalah elemen dasar dari pembangunan infrastruktur seperti jalan. Ketidakhadirannya menunjukkan minimnya perhatian terhadap dampak lingkungan dan sosial,” ungkapnya.

Dampak Langsung ke Warga

Sejak pekerjaan jalan dimulai, warga Karang Anyar mengaku sudah merasakan efek negatifnya. Selama hujan beberapa hari terakhir, aliran air hujan dari jalan mulai meresap ke pekarangan rumah. Bahkan, beberapa keluarga mengaku harus membuat penghalang darurat di depan rumah untuk mencegah air masuk.

Kondisi ini tak hanya menimbulkan kerugian material tetapi juga psikologis. Banyak warga kini hidup dalam kecemasan setiap kali mendung mulai menggantung di langit.

Langkah Tegas atau Pembiaran?

Tuntutan warga Karang Anyar kali ini menjadi ujian besar bagi pemerintah daerah dan pelaksana proyek. Ketegasan Kepala Desa Medana mendapat dukungan penuh dari masyarakat, tetapi jika respons yang diberikan lambat atau bahkan tidak ada, potensi konflik lebih besar bisa terjadi.

Warga mengancam akan melakukan aksi besar-besaran jika tidak ada perubahan signifikan dalam waktu dekat. Hal ini menjadi tanda bahwa masyarakat semakin sadar akan hak mereka terhadap pembangunan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Penutup

Jalan Lingkar Utara, yang seharusnya menjadi simbol kemajuan Kabupaten Lombok Utara, kini menjadi potret lain dari problematika pembangunan di daerah. Jika masalah ini tidak segera diatasi, bukan hanya genangan air yang akan menghantui warga, tetapi juga kerugian kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah.

Apakah tenggat waktu tiga hari ini cukup untuk memberikan solusi konkret? Ataukah kisruh ini akan berujung pada aksi massa besar-besaran? Semua mata kini tertuju pada pihak pelaksana dan pemerintah daerah. Warga Karang Anyar telah bersiap untuk memperjuangkan hak mereka—meski harus dengan cara yang lebih ekstrem.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *