Tanjungtv.com – Dalam sebuah langkah yang mengejutkan publik, atlet lari kebanggaan Indonesia asal Kabupaten Lombok Utara (KLU), Lalu Muhammad Zohri, memberikan dukungan kepada pasangan calon (Paslon) Bupati-Wakil Bupati KLU Muchsin-Junaidi Arif (MJA) untuk Pilkada KLU 2024. Video yang beredar di media sosial menunjukkan Zohri hadir di Posko Bale Juang Pemenangan MJA di Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, pada Rabu malam (2/10).
Dalam video tersebut, Zohri disambut hangat oleh Muchsin dan tim pemenangan. Sebagai bentuk apresiasi, MJA memasangkan baju berwarna hijau, warna khas yang identik dengan pasangan tersebut. Konfirmasi dari pihak MJA terkait dukungan ini langsung diberikan oleh Muchsin. “Zohri adalah keluarga tiang. Tadi malam menyatakan dukungan untuk MJA sebagai putra Pemenang,” ungkapnya, Kamis (3/10).
Namun, kehadiran Zohri dalam panggung politik tidak lepas dari sorotan. Sebelumnya, sempat beredar foto Zohri dengan pose satu jari, yang ditafsirkan sebagai bentuk dukungan terhadap paslon nomor urut 1, Najmul-Kusmalahadi (NK). Menanggapi hal ini, Muchsin menegaskan bahwa pose satu jari Zohri tidak ada kaitannya dengan dukungan politik kepada NK. “Saat di NK, Zohri tidak pernah menyatakan dukungan. Hanya mengangkat jari untuk menandakan juara satu,” jelas Muchsin, yang seolah ingin meredam spekulasi publik.
Hingga berita ini ditulis, Zohri sendiri belum memberikan pernyataan langsung terkait dukungan politiknya. Namun, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) KLU, Lalu Rody Karyawan, memberikan pandangannya terkait hal ini. Menurut Rody, kedatangan Zohri ke posko pemenangan MJA adalah sesuatu yang biasa. “Dia kebetulan pulang, dan karena dia orang sana, makanya mampir. Itu hal yang biasa,” ujar Rody.
Meskipun demikian, Rody mengingatkan agar jangan terlalu membesar-besarkan hal ini. Ia khawatir keterlibatan Zohri dalam politik lokal dapat mengganggu fokusnya sebagai atlet yang saat ini tengah mempersiapkan diri untuk ajang internasional. Menurut Rody, tidak ada aturan yang melarang Zohri untuk mendukung Paslon secara terang-terangan, mengingat status Zohri yang bukan Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, maupun Polri. “Zohri masih mahasiswa. Tapi kita ingatkan agar dia tetap fokus pada latihan, karena tidak ada kepentingan politik untuk dia,” tambah Rody.
Dukungan Zohri ini jelas menimbulkan beragam reaksi. Bagi pendukung MJA, ini dianggap sebagai suntikan moral dan bukti kedekatan antara Zohri dengan masyarakat Pemenang. Namun, tidak sedikit juga yang mengkhawatirkan bahwa keterlibatan figur publik sekaliber Zohri dalam politik dapat menimbulkan perdebatan, terutama terkait dengan peran seorang atlet yang seharusnya netral dan tidak terlibat dalam politik praktis.
Di sisi lain, muncul pertanyaan apakah keputusan Zohri mendukung Paslon MJA akan mempengaruhi dukungannya di kancah internasional, mengingat atlet sekelas Zohri memiliki pengaruh yang signifikan di kalangan masyarakat. Tentu, dukungan ini akan memicu spekulasi apakah figur publik seperti Zohri seharusnya menjaga jarak dari ranah politik, mengingat tanggung jawab besar yang ia emban sebagai perwakilan Indonesia di kancah olahraga dunia.
Kesimpulannya, dukungan Zohri kepada MJA menjadi perbincangan hangat. Sementara sebagian pihak menganggapnya sebagai bentuk apresiasi terhadap komunitas dan keluarga, yang lain melihatnya sebagai tindakan yang berpotensi memecah fokus seorang atlet nasional. Meskipun Zohri memiliki hak untuk menyatakan pilihannya, tantangan ke depannya adalah menjaga keseimbangan antara tanggung jawabnya sebagai atlet dan pilihan politik pribadinya.