Evakuasi Dramatis di Jurang Rinjani Pendaki Jakarta Tewas, Butuh 2 Hari untuk Selamatkan Jenazah

banner 120x600
banner 468x60

Tanjungtv.com – Tim gabungan dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), SAR, polisi, dan TNI berhasil mengevakuasi jenazah pendaki asal Jakarta, Kaifat Rafi Mubarok (27), di lokasi jatuhnya korban di jurang jalur pendakian menuju puncak Rinjani, Rabu (9/10). Evakuasi yang memakan waktu hampir dua hari tersebut menjadi operasi dramatis akibat medan yang curam dan cuaca buruk yang kerap menjadi penghalang.

Evakuasi dimulai segera setelah jenazah ditemukan di dasar jurang dengan kedalaman lebih dari 200 meter. Tim gabungan harus berjuang melawan tantangan alam yang berat, dari lereng yang curam hingga badai mendadak yang mengguyur puncak Rinjani. Proses ini sangat berisiko, mengingat lokasi kejadian di salah satu area paling terjal di jalur pendakian Rinjani.

banner 325x300

“Jika tidak ada hambatan besar, jenazah korban diperkirakan tiba di Sembalun sekitar pukul 20.00 Wita tadi malam,” kata Kepala BTNGR NTB, Yarman, dalam keterangannya pada Rabu (9/10). Ia menjelaskan bahwa saat ini posisi jenazah sudah sampai di Pelawangan, tempat peristirahatan terakhir sebelum melanjutkan perjalanan turun ke Sembalun. Setibanya di Sembalun, jenazah langsung dibawa ke RSUD dr. Raden Soedjono Selong untuk diperiksa oleh tim medis.

Yarman menegaskan bahwa operasi ini tidaklah mudah. “Kita berharap proses evakuasi berjalan lancar. Soalnya kondisi cuaca di atas sulit diprediksi, proses evakuasi jenazah pendaki ini sangat berat karena medan yang terjal dan curam, belum lagi hambatan cuaca. Kami mohon doa dari semuanya,” ungkapnya.

Kecelakaan Tragis di Punggungan Puncak Rinjani
Insiden tragis ini terjadi pada Minggu, 29 September 2024, sekitar pukul 16.00 Wita di punggungan yang mengarah ke puncak Rinjani. Kaifat Rafi Mubarok dan seorang rekannya, Afifah Reza, merupakan bagian dari kelompok pendakian yang berjumlah 13 orang. Mereka memulai perjalanan menuju puncak pada 28 September dengan rencana mendaki selama empat hari hingga 1 Oktober.

Namun, saat mendekati lokasi kejadian, nasib buruk menimpa kedua pendaki ini. Mereka tergelincir di salah satu bagian paling berbahaya di jalur pendakian. Afifah berhasil menyelamatkan diri dengan berpegangan pada sebatang pohon, namun malang bagi Kaifat, ia terjatuh ke dalam jurang ketika pegangannya pada batu terlepas.

Perjuangan Evakuasi dan Tantangan Cuaca
Tim SAR segera diberangkatkan setelah laporan kecelakaan diterima. Namun, lokasi jatuhnya korban yang berada di ketinggian dan di antara bebatuan terjal membuat proses penyelamatan sangat sulit. Selain itu, cuaca yang terus berubah dengan cepat di kawasan Gunung Rinjani menjadi faktor utama yang memperlambat evakuasi. “Tim harus berhati-hati karena kondisi medan dan cuaca yang tidak menentu. Ini memang evakuasi yang sangat sulit,” lanjut Yarman.

Kondisi korban yang jatuh di kedalaman lebih dari 200 meter menambah kesulitan. Alat-alat khusus dan tim pendaki profesional dikerahkan untuk mencapai lokasi. Proses penurunan jenazah dari Pelawangan menuju Sembalun juga memakan waktu cukup lama karena tim harus memastikan keamanan dan stabilitas selama proses evakuasi.

Tanggapan dari Keluarga dan Teman
Kabar tragis ini mengejutkan keluarga dan rekan-rekan korban yang masih berduka. Salah seorang teman dekat Kaifat yang tidak ikut dalam pendakian menyatakan bahwa Kaifat adalah pendaki yang berpengalaman. “Dia selalu ingin menaklukkan Rinjani. Ini pendakian impiannya. Tapi kami tidak pernah menyangka bahwa ini akan menjadi pendakian terakhirnya,” ujar sang teman dengan suara parau.

Pihak keluarga telah diberitahu dan tengah bersiap untuk menerima jenazah di Mataram sebelum dibawa ke Jakarta untuk dimakamkan. “Kami hanya berharap semua proses berjalan lancar dan bisa segera membawa pulang jenazah ke Jakarta,” ungkap salah satu anggota keluarga.

Harapan Keamanan untuk Pendaki Masa Depan
Kejadian ini menambah daftar kecelakaan tragis yang terjadi di jalur pendakian Gunung Rinjani, salah satu jalur pendakian yang terkenal dengan pemandangannya yang indah namun penuh tantangan ekstrem. BTNGR mengingatkan pendaki untuk selalu berhati-hati dan mematuhi prosedur keselamatan yang telah ditetapkan.

“Gunung Rinjani bukan gunung yang bisa dianggap remeh. Setiap pendaki harus mempersiapkan fisik dan mental dengan baik sebelum mendaki. Kami akan terus berupaya memperbaiki sistem keamanan di jalur pendakian, namun pendaki juga harus bertanggung jawab atas keselamatan diri mereka sendiri,” pungkas Yarman.

Dengan cuaca yang tidak menentu dan medan yang ekstrem, Gunung Rinjani tetap menjadi destinasi yang memikat, namun juga penuh risiko. Semoga tragedi ini menjadi pelajaran bagi pendaki lainnya agar selalu mengutamakan keselamatan di atas segalanya.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *