Tanjungtv.com – Sembalun, salah satu destinasi wisata unggulan di Lombok Timur, tengah menghadapi masalah serius yang berpotensi mengancam citranya di mata wisatawan. Sebuah video keluhan dari wisatawan luar daerah yang viral di media sosial baru-baru ini memicu perhatian besar terhadap pengelolaan kebersihan di kawasan tersebut. Video berdurasi 21 detik yang diunggah oleh akun “Lubis-Lubis” itu memperlihatkan wisatawan yang kecewa dengan kondisi sampah yang berserakan di Sembalun, meskipun mengakui keindahan alam yang ditawarkan. Video tersebut telah dibagikan lebih dari 80 kali dan mendapat perhatian luas dari netizen.
Krisis kebersihan yang terjadi di Sembalun ini memunculkan perdebatan di kalangan wisatawan dan masyarakat lokal. Sebagian besar komentar di media sosial menyoroti masalah sampah yang dianggap dapat merusak pengalaman wisata, terutama bagi mereka yang datang untuk menikmati keindahan alam yang terkenal di kawasan tersebut. Keluhan ini menjadi alarm bagi para pengelola wisata untuk segera memperbaiki tata kelola kebersihan, yang selama ini dinilai masih kurang optimal.
Pegiat wisata Lombok Timur, Maat Adnan, turut menyoroti masalah ini. Menurutnya, tanggung jawab utama atas kebersihan destinasi wisata terletak pada pengelola, bukan pengunjung. Ia menegaskan bahwa pengunjung membayar untuk menikmati fasilitas dan keindahan alam, sehingga pengelola harus menyediakan fasilitas kebersihan yang memadai, seperti tempat sampah dan petugas kebersihan yang aktif. “Pengunjung tidak bisa disalahkan atas masalah sampah, karena mereka datang membayar. Tanggung jawab kebersihan ada pada pengelola,” tegasnya.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Timur, Yogi, menambahkan bahwa masalah sampah bukan hanya tantangan lokal, tetapi juga masalah global yang dihadapi oleh banyak destinasi wisata, khususnya di negara berkembang. Menurutnya, pengelolaan sampah di kawasan wisata seperti Sembalun harus memiliki standar yang jauh lebih tinggi dibandingkan desa-desa non-wisata. Ia mengakui bahwa pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah di desa-desa wisata sering kali terhambat oleh keterbatasan sumber daya manusia.
Yogi juga menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah desa dan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Ia berharap desa-desa wisata dapat memperkuat sistem pengelolaan sampah, dengan memastikan bahwa kebijakan yang sudah ada diterapkan dengan baik di lapangan. “Sistem pengelolaan sampah di kawasan wisata harus lima kali lebih baik daripada di desa biasa. Namun, pelaksanaannya masih lemah, terutama karena keterbatasan SDM,” ujar Yogi.
Video viral tersebut memberikan gambaran jelas tentang betapa cepatnya keluhan wisatawan dapat menyebar melalui media sosial dan mempengaruhi persepsi wisatawan lain yang mungkin berencana mengunjungi Sembalun. Jika masalah ini tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin jumlah wisatawan yang datang ke Sembalun akan berkurang, yang pada akhirnya berdampak negatif pada perekonomian lokal yang bergantung pada sektor pariwisata.
Dalam upaya mengatasi masalah ini, BPPD Lombok Timur berencana meningkatkan program manajemen sampah yang berkelanjutan di Sembalun. Langkah ini diharapkan dapat memperbaiki citra Sembalun sebagai destinasi wisata unggulan, tidak hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga kebersihan dan kenyamanan yang ditawarkan kepada para pengunjung.
“Kami optimis bahwa dengan upaya bersama dari pengelola, masyarakat, dan pemerintah, Sembalun dapat kembali menjadi destinasi yang terkenal, tidak hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kebersihannya,” pungkas Yogi. Upaya ini diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan di masa mendatang dan menjaga keberlanjutan pariwisata di kawasan tersebut.
Jika tidak ditangani segera, krisis sampah di Sembalun berpotensi merusak reputasi destinasi wisata ini, yang selama ini dikenal sebagai salah satu permata wisata di Lombok Timur.