Tanjungtv.com – ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), bersiap menjadi tuan rumah ajang bergengsi Pekan Olahraga Nasional (PON) XXII tahun 2028. Namun, kondisi sarana dan prasarana olahraga di kota ini justru menuai keprihatinan dari berbagai pihak. Infrastruktur olahraga yang dianggap jauh dari kata layak, menimbulkan keraguan apakah Kota Mataram mampu mengemban tanggung jawab besar ini.
“Kini Sudah Saatnya Berbenah!”
Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Mataram, Nyayu Ernawati, mengingatkan pentingnya langkah konkret untuk memperbaiki fasilitas olahraga, salah satunya kolam renang Mayura Water Park (MWP). “Kondisi kolam MWP masih jauh dari standar prestasi. Jika lintasan diperpanjang dan fasilitas diperbaiki, kolam ini bisa menjadi venue atlet renang PON,” ungkapnya, Kamis (5/12). Ia menekankan bahwa pembenahan kolam ini juga dapat berdampak positif bagi pengembangan olahraga di Kota Mataram, termasuk mencetak atlet berprestasi.
Permasalahan Standar dan Dana
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Mataram, Suhartono Toemiran, menjelaskan bahwa lintasan kolam MWP saat ini tidak memenuhi standar nasional, membutuhkan perpanjangan hingga 50 cm. Perbaikan ini diperkirakan memakan anggaran Rp 800 juta, termasuk untuk keramikisasi dasar kolam dan penataan ulang fasilitas. “Jika kolam ini difokuskan untuk pembinaan prestasi, maka prioritasnya adalah perbaikan standar kolam. Ini sangat penting untuk mendukung atlet kita,” katanya.
GOR Mini dan Fasilitas Lain Masih dalam Perencanaan
Selain MWP, Pemerintah Kota Mataram juga merencanakan pembangunan GOR Mini di Ruang Terbuka Hijau (RTH). Namun, proyek ini baru tahap perencanaan dengan proposal yang diajukan ke Kementerian untuk pendanaan sebesar Rp 27,2 miliar. Berbagai fasilitas lain seperti sirkuit balap motor di Selagalas, lapangan bola basket, bulutangkis, dan sanggar billiard juga memerlukan revitalisasi besar-besaran.
“Identifikasi Sudah, Realisasi Kapan?”
Dispora menyebutkan, hasil identifikasi fasilitas olahraga di Kota Mataram menunjukkan bahwa mayoritas membutuhkan pembenahan. Namun, upaya pembiayaan masih bergantung pada APBD Provinsi NTB maupun APBN. “Kita sudah identifikasi kebutuhan. Sekarang, tinggal bagaimana komitmen pemerintah untuk merealisasikan,” tegas Suhartono.
Momentum atau Kegagalan?
Dengan kurang dari empat tahun menuju PON 2028, banyak pihak mempertanyakan keseriusan pemerintah daerah dalam memanfaatkan momentum besar ini. Ajang ini seharusnya menjadi titik balik bagi Kota Mataram untuk menunjukkan kapasitasnya sebagai kota olahraga. Namun, tanpa tindakan nyata, kepercayaan masyarakat dan dunia olahraga terhadap Kota Mataram bisa memudar.
Dampak Multiplier Effect yang Terlewatkan
Nyayu Ernawati mengingatkan bahwa penyelenggaraan PON tak hanya soal olahraga, tetapi juga peluang besar untuk menggeliatkan ekonomi daerah. “Jika kita serius membenahi sarana olahraga, maka dampak positifnya tidak hanya pada atlet, tapi juga pada pariwisata, bisnis lokal, dan citra Kota Mataram di kancah nasional,” tambahnya.
Teguran untuk Pemkot dan Pemerintah Pusat
Pemerhati olahraga di Kota Mataram menilai bahwa masalah ini adalah cerminan kurangnya sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah. “PON 2028 bukan ajang biasa. Jika persiapan kita setengah hati, jangan salahkan siapa pun jika nantinya Kota Mataram hanya menjadi tuan rumah yang mengecewakan,” ujar seorang tokoh olahraga yang enggan disebutkan namanya.
Waktu yang Terus Berjalan
Dengan hitungan mundur menuju PON 2028, pemerintah Kota Mataram dihadapkan pada pilihan besar: berbenah serius atau menghadapi kegagalan. Sebagai salah satu tuan rumah PON, Kota Mataram memiliki tanggung jawab besar untuk menjunjung tinggi semangat olahraga nasional. Kini, saatnya tindakan berbicara, bukan sekadar wacana!
Akankah Kota Mataram Siap?
PON 2028 adalah peluang emas bagi Kota Mataram untuk unjuk gigi di panggung nasional. Namun, jika kondisi saat ini terus dibiarkan, kesempatan ini bisa berubah menjadi bencana reputasi. Waktu terus berjalan, dan masyarakat menunggu aksi nyata dari para pemangku kepentingan.