Tanjungtv.com – Lombok Utara sedang menikmati secercah harapan baru dari sektor pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung Pendapatan Asli Daerah (PAD). Terutama dari Gili Air dan Gili Meno, pendapatan yang mengalir dari jasa tambat kapal dan retribusi tanda masuk pelabuhan terus menunjukkan kenaikan drastis. Kabid Prasarana dan Keselamatan Dinas Perhubungan (Dishub) Lombok Utara, Sazli Raiz, mengungkapkan angka yang hampir menyentuh Rp 1,5 miliar untuk tahun ini.
Namun, di balik angka fantastis tersebut, ada cerita perjuangan, tantangan, dan potensi besar yang belum tergarap.
Revolusi Teknologi: Dari Manual ke Aplikasi
“Dulu, pendapatan dari retribusi hanya Rp 150 juta setahun. Sekarang, dengan aplikasi easy book, PAD naik seribu persen lebih,” ungkap Sazli. Ya, teknologi telah mengubah wajah pengelolaan pendapatan daerah. Sejak Desember 2022, semua pencatatan retribusi menggunakan sistem digital. Setiap tamu dan kapal terekam jelas, tanpa ada lagi celah untuk kebocoran.
Retribusi tanda masuk pelabuhan dikenakan Rp 5.000 per penumpang, khusus bagi tamu yang pulang menggunakan dermaga di Gili. Sedangkan jasa tambat kapal dikenakan Rp 2.000 per GT. Dengan rata-rata kapal 80 GT dari Bali, potensi pendapatan terus mengalir deras.
Teluk Nare: “Harta Karun” yang Belum Tergali
Meski angka Rp 1,5 miliar terlihat gemilang, Sazli mengungkapkan bahwa target sebenarnya jauh lebih tinggi, yakni Rp 3 miliar. Sayangnya, Pelabuhan Teluk Nare yang digadang-gadang menjadi sumber PAD besar belum beroperasi. “Izin operasionalnya belum keluar,” kata Sazli dengan nada kecewa.
Teluk Nare, yang potensinya setara dengan pelabuhan di Gili, masih menjadi “harta karun” yang belum tergali. Jika pelabuhan ini mulai beroperasi, bukan tidak mungkin target Rp 3 miliar dapat tercapai bahkan dilampaui.
Pariwisata: Sumber Kehidupan Lombok Utara
Kepala Bapenda Lombok Utara, Ainul Yakin, tidak menampik bahwa sektor pariwisata adalah nyawa bagi PAD daerah ini. Dengan kontribusi dominan dari tempat-tempat wisata, Ainul menegaskan pentingnya menjaga kondusifitas di destinasi wisata. “Jangan sampai ada gejolak yang bikin tamu tidak nyaman,” ujarnya.
Selain itu, Ainul berharap OPD terkait terus berinovasi agar sumber PAD tidak hanya bertumpu pada pariwisata. “Kita perlu satu visi dan misi. Sinergi ini kunci agar sektor lain juga bisa menyumbang,” tambahnya.
Lonjakan Seribu Persen: Apa Selanjutnya?
Meski teknologi telah membawa lompatan besar, pertanyaan besarnya adalah: Apa langkah selanjutnya? Lombok Utara harus segera memastikan Teluk Nare beroperasi dan mengembangkan destinasi baru yang lebih menarik.
Sektor pariwisata memang sudah memberikan pendapatan besar, tetapi Lombok Utara tidak bisa berpuas diri. Sazli dan Ainul sepakat bahwa pembenahan fasilitas, pengelolaan yang profesional, dan promosi yang masif adalah kunci untuk terus meningkatkan pendapatan.
“Ini baru awal. Kalau kita terus berbenah, PAD bisa lebih dari ini,” ujar Ainul optimis.
Dari Gili ke Dunia: Potensi Tak Terbatas
Dunia sudah melihat keindahan Gili Air dan Gili Meno. Kini saatnya Lombok Utara memanfaatkan momentum ini untuk terus bergerak maju. Dengan teknologi sebagai tulang punggung, sinergi antar-OPD, dan promosi yang konsisten, masa depan PAD dari sektor pariwisata terlihat semakin cerah.
Namun, di balik cerita sukses ini, ada tantangan yang harus segera dituntaskan: izin operasional Teluk Nare. Apakah Lombok Utara siap memaksimalkan potensinya atau hanya puas dengan pencapaian saat ini?
Satu hal yang pasti, dengan lonjakan seribu persen ini, Lombok Utara tidak lagi bisa dianggap sebelah mata. Mari tunggu langkah besar selanjutnya.