Tanjungtv.com – Ambisi Pemerintah Kabupaten Lombok Utara membangun Jalan Lingkar Utara (Jalinkra) kembali menuai kritik. Alih-alih menjadi solusi konektivitas, proyek ini justru mengundang amarah masyarakat Dusun Karang Anyar, Desa Medana. Pembangunan jalan yang dilakukan tanpa saluran drainase dianggap abai terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan.
“Kita ini butuh jalan yang membantu, bukan yang bikin masalah baru. Kalau hujan, air menggenang seperti danau. Ini mencerminkan kurangnya perencanaan,” kata Kepala Desa Medana, Lalu Didik Indra Cahyadi.
Menurut Didik, pembangunan infrastruktur besar seperti Jalinkra seharusnya tidak hanya mengejar target fisik semata. Dampak lingkungan dan kebutuhan masyarakat harus menjadi prioritas. Ia juga menyoroti kurangnya konsultasi dengan masyarakat sebelum proyek dimulai. “Seandainya masyarakat dilibatkan sejak awal, masalah seperti ini tidak akan terjadi,” tambahnya.
Proyek sepanjang 10,5 kilometer ini memang belum rampung. Namun, baru 1,8 kilometer yang selesai, sudah muncul masalah besar. Ketika ditanya, Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPRKP, Sahgiwan, hanya menyebut bahwa anggaran drainase akan dialokasikan pada APBD 2025. “Ini seperti membangun rumah tanpa atap, lalu bilang atapnya nanti saja. Sungguh tak masuk akal!” keluh warga lainnya.
Di tengah gencarnya pemerintah mempromosikan pembangunan infrastruktur, Jalinkra kini menjadi ironi. Apa gunanya jalan megah jika masyarakat sekitar malah menderita?