Tanjungtv.com – Proyek Jalan Lingkar Utara (Jalinkra) tak hanya menyisakan genangan air, tetapi juga menyulut kekhawatiran akan dampak sosial yang lebih besar. Di Dusun Karang Anyar, Desa Medana, pembangunan jalan tanpa saluran drainase telah memicu keresahan warga, yang merasa suara mereka diabaikan.
“Kalau tidak ada drainase, ini bukan jalan menuju kemajuan, tapi jalan menuju masalah. Kita tidak mau jadi korban pembangunan,” kata seorang ibu rumah tangga sambil menunjuk air hujan yang menggenangi pekarangannya.
Kepala Desa Medana, Lalu Didik Indra Cahyadi, mengungkapkan bahwa protes masyarakat hampir berubah menjadi aksi demonstrasi besar. “Kami bersyukur masih bisa mengendalikan warga. Kalau tidak, ini bisa jadi masalah besar untuk Pemda,” ujarnya.
Kondisi ini mencerminkan krisis kepercayaan antara masyarakat dan pemerintah. Meski ada janji dari Dinas PUPRKP bahwa drainase akan dibuat pada tahun depan, warga menganggap itu hanya penundaan tanpa kepastian. “Kami lelah dengan janji. Apa mereka pikir air bisa menunggu sampai 2025?” kata salah seorang warga dengan nada sinis.
Pakar sosial lokal, Dr. Rahmat Taufik, menyebutkan bahwa masalah seperti ini dapat memicu ketegangan antara masyarakat dan pemerintah. “Ketika masyarakat merasa ditinggalkan, mereka cenderung kehilangan kepercayaan pada institusi. Itu berbahaya untuk stabilitas sosial,” ujarnya.
Pembangunan jalan seharusnya membawa manfaat bagi semua pihak. Namun, tanpa perencanaan yang matang dan respons cepat terhadap masalah, Jalinkra berpotensi menjadi bukti kegagalan komunikasi pemerintah dengan masyarakatnya.