Tanjungtv.com – Warga Dusun Karang Anyar, Desa Medana, Kecamatan Tanjung, melontarkan protes keras terhadap pembangunan jalan lingkar utara (Jalinkra) yang dinilai asal-asalan. Proyek besar yang semestinya menjadi solusi akses transportasi justru menimbulkan persoalan baru: banjir pekarangan!
“Kami nggak minta jalan ini jadi sorotan nasional, tapi setidaknya jangan bikin rumah kami jadi kolam ikan!” ujar salah seorang warga, sambil menunjuk genangan air di depan rumahnya akibat tingginya penimbunan jalan tanpa disertai drainase.
Jalan Tinggi, Air Menggenang
Protes ini dipimpin langsung oleh Kepala Desa Medana, Lalu Didik Indra Cahyadi, yang menyuarakan keresahan warga. Menurutnya, penimbunan jalan yang tinggi membuat aliran air hujan tidak bisa mengalir seperti biasa, menyebabkan pekarangan rumah tergenang air. “Ini bukan cuma soal genangan, tapi ancaman masuknya air ke rumah saat hujan lebat. Apa kami harus pasang perahu di ruang tamu?” sindir Didik.
Didik mengaku sudah mendesak Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Kawasan Permukiman (PUPRKP) untuk segera membuat saluran drainase. Namun, jawaban yang diterima justru menyejukkan sekaligus menyesakkan. “Katanya tahun depan dianggarkan, tapi bagaimana dengan musim hujan sekarang?” tanyanya dengan nada kecewa.
Warga Siap Turun ke Jalan, Tapi Ditahan Janji
Situasi sempat memanas. Warga Dusun Karang Anyar nyaris turun ke jalan untuk menyuarakan protes lebih keras. Namun, komitmen Dinas PUPRKP untuk membuatkan drainase tahun depan berhasil meredam amarah. “Alhamdulillah, warga mau menahan diri. Tapi, kami akan pantau janji itu,” ujar Didik.
Sementara itu, Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPRKP KLU, Sahgiwan, membenarkan adanya keluhan warga. Ia berjanji segera membahas persoalan ini bersama tim teknis. “Besok pagi kami akan survei titik rawan di Dusun Karang Anyar ke arah jembatan,” katanya singkat, tanpa memberikan solusi konkret untuk musim hujan kali ini.
Proyek Setengah Hati?
Pembangunan Jalinkra yang digadang-gadang akan menghubungkan wilayah strategis sepanjang 10,5 kilometer baru rampung 1,8 kilometer tahun ini. Sisanya akan dilanjutkan tahun depan. Proyek ini dikerjakan oleh PT Hadi Utama Jaya dari Kota Mataram, yang kini baru menyelesaikan tahap pengerasan.
Namun, warga mempertanyakan kenapa proyek sebesar ini tidak memikirkan dampak lingkungan sejak awal. “Masa nggak ada yang mikir soal air hujan? Ini proyek besar, bukan bikin jalan setapak ke kebun!” keluh seorang warga lainnya.
Janji di Tahun Politik
Warga Dusun Karang Anyar khawatir, janji drainase yang disebut akan dianggarkan pada APBD 2025 hanya angin surga. Pasalnya, tahun depan adalah tahun politik. “Takutnya ini cuma janji manis buat redam protes. Kalau tidak ditepati, kami akan protes lagi, bahkan lebih besar!” ancam Didik, menegaskan komitmen warga untuk terus mengawal.
Aspirasi Warga: Jangan Tunggu Banjir Besar!
Warga berharap pemerintah daerah bisa lebih peka dan responsif. “Kami nggak butuh alasan atau janji. Yang kami butuhkan adalah solusi nyata, sebelum air bukan hanya menggenang pekarangan, tapi juga merusak kehidupan kami,” tutup Didik, dengan nada penuh harap.
Protes ini seharusnya menjadi pelajaran bagi semua pihak. Infrastruktur tanpa perencanaan yang matang, apalagi mengabaikan dampak lingkungan, hanya akan menjadi bom waktu yang merugikan masyarakat. Pembangunan Jalinkra mungkin berjalan, tapi hati-hati, jangan sampai kepercayaan masyarakat juga ikut “tergenang.”