Tanjungtv.com – Tahun 2024, saat dunia sibuk membicarakan AI dan revolusi digital, siapa sangka bahwa di Kabupaten Lombok Utara (KLU) masih ada blackhole internet? Bukan cuma satu-dua, tapi sebanyak 49 lokasi terdeteksi sebagai blank spot dan area dengan sinyal lemah. Miris, ya?
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) KLU, Khairul Anwar, akhirnya buka suara soal ironi ini. “Blank spot itu 11 titik, sisanya 38 lokasi lemah sinyal. Daerahnya tersebar di perbukitan dan pegunungan,” ungkap Khairul, Jumat (12/12). Ia menyebutkan wilayah seperti Pemenang, Tanjung, Gangga, Kayangan, hingga Bayan masih menjadi “zona merah” koneksi internet.
“Pemerataan internet terus kami dorong. Saat ini ada 91 titik akses internet yang sudah dipasang oleh BAKTI, dan 93 titik lagi sedang dalam proses,” tambahnya. Tapi apa cukup?
Hidup di Tengah Kesunyian Digital
Cerita dari Akila, warga Dusun Tanjung Sore, Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, memukul realitas lebih keras. Akila bukan tinggal di pegunungan, tapi sinyal di desanya lebih susah dicari daripada durian jatuh.
“Kami harus pindah-pindah tempat untuk dapat sinyal bagus. Ini sudah lama, dan terus terang, melelahkan,” ujar Akila, yang kini seperti “berburu sinyal” demi aktivitas harian, mulai dari belajar daring anak-anaknya hingga sekadar membuka WhatsApp.
Menunggu Janji Manis BAKTI
Dengan nada penuh harap, Khairul mengatakan bahwa komunikasi dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) terus dilakukan. Targetnya, blank spot dan daerah lemah sinyal akan dibereskan tahun depan. Tapi, apakah janji ini cukup untuk menghapuskan kesenjangan digital yang sudah seperti penyakit menahun?
Era Digital Tanpa Internet, KLU Mau Dibawa ke Mana?
Bayangkan ini: generasi muda Lombok Utara gagal mengikuti perkembangan teknologi karena akses internet yang buruk. Atau lebih parah, desa-desa yang terisolasi secara digital tidak bisa ikut serta dalam ekonomi digital yang kini menjadi arus utama.
Bukankah ini berbahaya? “Internet bukan lagi kemewahan, tapi kebutuhan dasar. Pemerintah harus menganggap serius ini. Kalau tidak, masyarakat KLU akan terus tertinggal,” ujar pengamat teknologi lokal, Agus Mulyadi.
Langkah Solutif atau Basa-basi?
Pemerintah KLU mungkin punya niat baik, tapi warga seperti Akila butuh aksi nyata, bukan sekadar laporan indah di atas kertas. Solusi seperti mempercepat pembangunan infrastruktur telekomunikasi, melibatkan operator seluler, hingga menggenjot pemasangan tower di lokasi strategis menjadi langkah yang dinanti.
Netizen, Suara Kalian Dibutuhkan!
Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian bersama, terutama generasi muda yang aktif di media sosial. “Sebarkan cerita ini! Biar viral, biar semua pihak tahu, dan semoga segera ada perubahan,” ujar Akila dengan nada penuh harap.
Lombok Utara, Jangan Tunggu Lebih Lama
Era digital menuntut percepatan, bukan penundaan. Jika pemerintah ingin KLU maju, blank spot bukanlah pemandangan yang layak dibiarkan. “Lombok Utara punya potensi besar, jangan biarkan kami tenggelam di era digital,” pungkas Akila