Tanjungtv.com – Gili Air, surga kecil di Lombok Utara, kini bersiap menjadi lebih tangguh menghadapi bencana. Proyek mitigasi bencana dengan nilai fantastis Rp 7 miliar mendekati garis akhir. Namun, tantangan alam seperti ombak ganas dan hujan lebat sempat menjadi duri dalam perjalanan pengerjaannya.
Kepala Bidang Destinasi pada Dinas Pariwisata Lombok Utara, Alfian Zubair, memastikan bahwa proyek ini sudah mencapai 90 persen progresnya. Namun, dia mengakui keterlambatan sekitar 10 persen akibat kendala cuaca ekstrem. “Sekarang lagi dikebut. Akhir tahun ini insyaallah selesai,” kata Alfian optimistis saat diwawancarai Sabtu (21/12).
Proyek ini menyentuh hampir semua aspek kesiapsiagaan bencana di Gili Air. Mulai dari pembangunan tanggul sepanjang 145 meter, pengaman pantai, hingga perbaikan jalan yang sebelumnya terkoyak oleh abrasi. Selain itu, fasilitas darurat seperti sirene tsunami, rambu evakuasi, papan informasi bencana, hingga alat komunikasi darurat juga disiapkan untuk menjaga keselamatan penduduk dan wisatawan.
Namun, bukan proyek senilai miliaran namanya kalau tanpa drama. Cuaca buruk yang menghantui selama dua minggu membuat pengangkutan material seperti tanah urug dan paving block tersendat. “Pemilik boat tidak berani memaksakan untuk mengangkut material di tengah ombak besar,” ungkap Alfian.
Saat ini, pihak kontraktor, CV Zerayazaya, yang beralamat di Desa Gondang, Kecamatan Gangga, terus berjuang memanfaatkan sisa waktu kontrak hingga 27 Desember mendatang. Alfian menambahkan bahwa pekerjaan tersisa hanya penimbunan tanah urug dan pemasangan paving block. “Kalau material lengkap, tinggal diratakan dan dipasang paving block,” jelasnya penuh harap.
Proyek mitigasi ini merupakan bagian dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan pagu Rp 7,09 miliar dan harga penawaran Rp 6,78 miliar. Dengan anggaran sebesar itu, Gili Air diharapkan siap menghadapi risiko tsunami dan abrasi yang sebelumnya menjadi ancaman serius.
Selain mitigasi bencana, DAK pariwisata juga digunakan untuk membangun fasilitas kebersihan di Gili Air dengan anggaran Rp 960 juta. Fasilitas seperti tempat sampah taman, kendaraan pengumpul sampah, dan TPS sudah rampung dikerjakan oleh CV Katikuntung dari Lombok Barat.
Namun, apakah semua ini akan benar-benar tuntas pada waktunya? Warga dan wisatawan tentu menunggu jawaban di akhir Desember ini. Dengan segala kendala yang ada, proyek ini menjadi ujian nyata bagi Lombok Utara dalam menyeimbangkan pembangunan dengan tantangan alam.
Apakah proyek ini hanya menjadi cerita optimistis di atas kertas atau benar-benar menjadi tonggak kesiapsiagaan bencana? Kita tunggu hasil akhirnya!