Natal Tanpa Gemerlap di Lombok Utara

banner 120x600
banner 468x60

Tanjungtv.com, 24 Desember 2024 – Natal adalah momen penuh sukacita yang dirayakan oleh umat Kristiani di seluruh dunia. Namun, tahun ini, Kabupaten Lombok Utara (KLU) tampak sunyi dari perayaan Natal. Tidak ada lampu kelap-kelip, tidak ada paduan suara, apalagi misa yang biasanya menjadi simbol perayaan umat Nasrani. Bahkan, Kabag Kesra Setda KLU, Alwi Agusto, dengan tegas menyatakan, “Tidak ada perayaan Natal di KLU.”

Alasan yang disampaikan sederhana: jumlah umat Nasrani di KLU sangat kecil. Menurut Alwi, data yang ada beragam, mulai dari tujuh hingga 21 orang, dengan angka pasti yang bahkan sulit untuk dipastikan. “Jumlahnya tidak lebih dari 100 orang. Selama ini memang tidak pernah ada perayaan Natal di sini,” ujarnya, Senin (23/12).

banner 325x300

Perayaan Pindah ke Kota Tetangga

Sebagian besar umat Nasrani di KLU, kata Alwi, memilih merayakan Natal di Mataram. Kota ini memang lebih menyediakan fasilitas dan komunitas yang mendukung. Namun, apakah ini benar-benar pilihan atau karena keterbatasan mereka di KLU?

Ipda I Made Wiryawan dari Polres KLU menambahkan, jika ada kegiatan ibadah pun, itu akan dilakukan di gereja kecil yang ada di lingkungan Polres. “Tapi sejauh ini, mereka merayakan di Mataram,” katanya.

Operasi Lilin 2024: Fokus Pengamanan Tanpa Perayaan

Meski tak ada perayaan Natal di KLU, Operasi Lilin 2024 tetap berjalan. Sebanyak 96 personel gabungan dari TNI, Polri, Brimob, dan Dinas Perhubungan dikerahkan untuk mengamankan Pelabuhan Bangsal dan Gili Trawangan. Dua lokasi ini menjadi perhatian utama karena lonjakan penumpang selama libur Natal dan Tahun Baru.

Ipda Made menjelaskan, pengamanan difokuskan pada objek vital dan daerah rawan kejahatan. “Jika ada masalah, masyarakat bisa langsung melapor ke pos pengamanan,” katanya. Ironisnya, pengamanan ketat ini justru terasa kontras dengan minimnya aktivitas Natal di wilayah tersebut.

Realita atau Ketidakadilan?

Ketika kabupaten lain merayakan Natal dengan meriah, absennya perayaan di KLU memunculkan pertanyaan besar: apakah ini realita sosial atau bentuk ketidakadilan bagi minoritas? Tidak adanya gereja umum di KLU, minimnya fasilitas, serta angka yang dianggap “terlalu kecil” menjadi refleksi dari tantangan yang dihadapi komunitas Nasrani.

Apakah perayaan Natal di KLU tak layak diperjuangkan hanya karena jumlah umatnya sedikit? Bukankah keberagaman dan toleransi adalah nilai yang harus dijaga, bahkan untuk kelompok minoritas?

Sebuah Panggilan untuk Refleksi

Natal adalah momen berbagi kasih dan kedamaian, terlepas dari jumlah umat yang merayakannya. Lombok Utara mungkin tidak memiliki perayaan gemerlap, tetapi ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus memperjuangkan keberagaman dan keadilan, di mana pun dan untuk siapa pun. Semoga tahun depan, cerita Natal di KLU tak lagi sunyi seperti ini.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *