Tanjungtv.com – Di balik bangunan minimalis berbalut kayu, Museum Desa Genggelang menjadi ruang penuh cerita dan sejarah yang menghubungkan generasi. Meski sederhana, bangunan ini memuat harta tak ternilai: deretan benda bersejarah seperti keris, tombak, guci kuno dari masa lampau, hingga peninggalan budaya lainnya. Semua tersusun rapi, memancarkan pesona budaya Sasak yang tak lekang waktu.
Museum ini lahir dari inisiatif warga setempat. “Benda-benda ini awalnya banyak dititipkan oleh masyarakat. Kami berpikir, daripada tersimpan di rumah, lebih baik dibuatkan tempat agar lebih terjaga,” ujar Supardi, sang penjaga museum, yang akrab dipanggil Amiq Olit. Usulan itu ia ajukan ke kepala desa pada 2017, dan akhirnya disambut baik. Pada awal 2018, bangunan museum mulai berdiri, meski sempat menghadapi tantangan besar.
Bangkit dari Gempa 2018
Sayangnya, Lombok Utara menjadi salah satu daerah terdampak gempa hebat pada 2018. “Saat itu bangunan museum belum punya atap, jadi kerangkanya sampai miring,” kenang Supardi. Namun, semangat masyarakat Desa Genggelang tak runtuh bersama gempa. Berkat alokasi Dana Desa (DD), pembangunan museum akhirnya dilanjutkan, hingga resmi beroperasi pada Maret 2018.
Kini, museum ini bukan hanya tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga menjadi ruang belajar. Mulai dari anak TK hingga profesor pernah mengunjungi museum ini. “Pernah ada profesor dari Belanda datang untuk penelitian,” cerita Supardi. Kehadiran tamu mancanegara menjadi bukti bahwa museum ini memiliki daya tarik internasional.
Mencatat Perjalanan Budaya Sasak
Museum Desa Genggelang diresmikan oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada awal Januari lalu. Dalam sambutannya, Fadli mengapresiasi usaha masyarakat Desa Genggelang dalam melestarikan budaya dan sejarah lokal. “Keberadaan museum ini adalah bukti nyata komitmen masyarakat terhadap pelestarian budaya,” ungkapnya.
Ia juga mendorong desa-desa lain untuk mengadopsi langkah serupa. “Museum ini bukan hanya tempat penyimpanan artefak, tetapi juga menjadi tempat edukasi dan narasi tentang perjalanan budaya Sasak,” tambah Fadli Zon.
Dari Desa untuk Dunia
Museum ini telah menjadi magnet wisata dan edukasi. Banyak pengunjung datang untuk menikmati suasana khas budaya lokal, atau sekadar memperdalam wawasan tentang sejarah Sasak. Keunikan Museum Desa Genggelang juga membuktikan bahwa inovasi berbasis budaya bisa berakar di desa.
Supardi berharap, museum ini terus mendapat dukungan agar semakin berkembang. “Kami ingin lebih banyak koleksi, dan semoga makin banyak orang yang datang untuk belajar atau sekadar melihat keunikan budaya kami,” ujarnya penuh harap.
Museum Desa Genggelang adalah contoh nyata bahwa pelestarian budaya bisa dimulai dari desa, dengan semangat gotong-royong. Di balik kesederhanaannya, museum ini menyimpan kekayaan luar biasa yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan budaya Sasak.