Tanjungtv.com – Konflik pengelolaan lahan di Pasar Seni Gili Trawangan menjadi topik hangat yang memancing perhatian publik. Ketegangan ini muncul setelah Koperasi Pasar Seni Mandiri resmi melaporkan beberapa warga, termasuk anggota koperasi, ke Polres Lombok Utara atas dugaan penyerobotan lahan. Situasi ini kini semakin kompleks, melibatkan berbagai pihak dan menciptakan dinamika yang menarik perhatian masyarakat sekitar.
Awal Mula Konflik
Masalah ini bermula dari keputusan sepihak seorang anggota koperasi yang menghibahkan sebidang lahan kepada Dewan Takmir Masjid setempat tanpa persetujuan koperasi. Muhidin, Ketua Koperasi Pasar Seni Mandiri, menegaskan bahwa lahan tersebut adalah aset bersama yang tidak bisa dipindahtangankan tanpa kesepakatan kolektif.
“Pada 2 Januari lalu, yang bersangkutan memagari area atas nama Dewan Takmir Masjid. Ini jelas melanggar karena lahan itu milik koperasi, bukan individu,” ujar Muhidin saat diwawancarai.
Ia menambahkan bahwa koperasi telah melayangkan laporan resmi ke Pemprov NTB dan Polres Lombok Utara setelah pendekatan persuasif tidak membuahkan hasil. Muhidin menegaskan, koperasi memiliki hak penuh atas lahan tersebut berdasarkan SK Nomor 2056 Tahun 1998.
Respons Dewan Takmir Masjid
Dari pihak Dewan Takmir Masjid, seorang anggota yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa lahan tersebut dihibahkan oleh H. Herman, seorang tokoh masyarakat setempat. “Serah terima dilakukan beberapa minggu lalu dengan disaksikan para pengurus masjid,” jelasnya.
Pernyataan ini justru menambah simpang siur situasi, memunculkan pertanyaan mengenai keabsahan proses hibah tersebut.
Harapan untuk Mediasi
Kepala Desa Gili Indah, Wardana, turut angkat bicara mengenai konflik ini. Meskipun belum menerima laporan resmi, ia berharap agar kedua belah pihak dapat menyelesaikan masalah melalui musyawarah. “Kami ingin menjaga harmoni di Gili Trawangan. Konflik ini bisa berdampak buruk pada citra pariwisata lokal jika tidak segera diselesaikan,” katanya.
Dampak pada Pariwisata
Pasar Seni Gili Trawangan adalah salah satu destinasi ikonik di kawasan wisata ini. Dengan adanya konflik, kekhawatiran akan dampaknya terhadap pariwisata mulai bermunculan. Para pelaku usaha lokal berharap agar situasi ini tidak memengaruhi kunjungan wisatawan.
Peluang Resolusi
Meski situasi tampak memanas, pintu mediasi masih terbuka. Muhidin menegaskan bahwa koperasi siap mencari solusi damai selama ada itikad baik dari pihak terkait.
“Kami ingin masalah ini selesai tanpa memperburuk suasana. Kepentingan bersama harus menjadi prioritas,” tutupnya.
Panggilan untuk Kolaborasi
Kasus ini menjadi pengingat bahwa sinergi antar komunitas di Gili Trawangan sangat penting untuk menjaga harmoni. Dengan duduk bersama dan mendahulukan dialog, konflik ini diharapkan bisa diselesaikan tanpa merusak tatanan sosial dan ekonomi di pulau kecil yang dikenal sebagai surga wisata dunia.