Tanjungtv.com – Proses rekapitulasi penghitungan suara tingkat Kabupaten Lombok Utara (KLU) telah selesai, menandai akhir dari pesta demokrasi lokal yang menuai berbagai sorotan. KPU KLU memastikan kemenangan pasangan calon (Paslon) Najmul Akhyar-Kusmalahadi yang unggul dengan perolehan suara 44 persen, meninggalkan Danny-Zaki di posisi kedua dengan 32 persen, dan Muchsin-Junaidi yang hanya meraih 21 persen suara. Meski hasil ini tak jauh berbeda dengan quick count sejumlah lembaga survei, sorotan tajam mengarah pada partisipasi pemilih yang menurun drastis.
Ketua KPU KLU, Nizamudin, menegaskan bahwa proses rekapitulasi berjalan lancar meskipun sempat diwarnai interupsi dari saksi dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). “Alhamdulillah, rekapitulasi sudah selesai dan semua berjalan sesuai ketentuan. Kritik dan saran yang muncul akan menjadi bahan evaluasi kami ke depan,” ujarnya. Namun, catatan yang paling mencolok adalah angka partisipasi pemilih yang hanya mencapai 82 persen, turun signifikan dibandingkan pemilu sebelumnya yang mencatatkan angka 87,54 persen.
Partisipasi Pemilih: Cermin Demokrasi yang Retak?
Turunnya partisipasi pemilih menjadi pertanyaan besar di tengah keberhasilan rekapitulasi. Beberapa pihak menilai, masa kampanye yang lebih singkat atau kedekatan jadwal dengan pemilu sebelumnya menjadi penyebab utama. Namun, apakah alasan ini cukup kuat untuk menjelaskan penurunan semangat demokrasi di tengah masyarakat KLU?
KPU mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi, mulai dari sosialisasi hingga edukasi masif kepada masyarakat. “Edukasi tidak hanya tanggung jawab penyelenggara, tetapi juga semua pihak, termasuk paslon,” tambah Nizamudin. Meski demikian, angka kehadiran pemilih di TPS tetap tak mampu mendekati harapan.
Najmul Unggul di Empat Kecamatan, Bayan Jadi Pengecualian
Hasil rekapitulasi menunjukkan Najmul-Kus mendominasi di empat dari lima kecamatan di KLU. Satu-satunya kecamatan yang gagal dimenangkan adalah Bayan, di mana Danny-Zaki unggul tipis. Dengan total 67.323 suara, Najmul-Kus mengamankan 44 persen suara sah, meninggalkan Danny-Zaki dengan 49.621 suara (32 persen) dan Muchsin-Junaidi dengan 32.071 suara (21 persen).
Kendati demikian, saksi dari kubu Danny-Zaki menyatakan menerima hasil rekapitulasi dengan lapang dada. “Semua proses berjalan sesuai ketentuan, tanpa ada gejolak berarti,” ujar Rahadi, saksi paslon nomor dua. Ia hanya mencatat rendahnya partisipasi pemilih sebagai sebuah ironi di tengah proses demokrasi yang damai dan lancar.
Demokrasi yang Sepi Pemilih: Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?
Dengan menurunnya angka partisipasi pemilih, demokrasi di KLU seperti menghadapi ujian berat. Apakah ini mencerminkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik lokal, atau sekadar fenomena temporer akibat kepadatan agenda politik?
KPU mungkin telah menyelesaikan tugasnya, tetapi pertanyaan yang lebih besar masih menggantung: bagaimana membangun kembali gairah demokrasi di kalangan masyarakat? Apakah cukup hanya dengan meningkatkan sosialisasi, atau ada faktor struktural yang lebih dalam yang perlu diurai?
Evaluasi dan Harapan ke Depan
Ke depan, pelaksanaan pemilu dan pilkada di KLU harus mampu menjawab kritik dan catatan dari berbagai pihak. Tidak hanya soal teknis, tetapi juga tentang bagaimana menciptakan atmosfer demokrasi yang lebih inklusif dan menarik bagi masyarakat. “Partisipasi pemilih harus menjadi prioritas utama dalam evaluasi penyelenggaraan pemilu berikutnya,” tegas Nizamudin.
Pesta demokrasi boleh selesai, tetapi pekerjaan rumah untuk membangkitkan partisipasi dan semangat berdemokrasi masyarakat KLU baru saja dimulai. Akankah kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik lokal dapat dipulihkan? Ataukah ini menjadi tanda awal dari retaknya fondasi demokrasi di daerah ini? Waktu yang akan menjawab.