Tanjungtv.com – Dalam menjaga kestabilan pasokan komoditas pangan yang kerap memicu inflasi, para Champion di Kabupaten Lombok Utara (KLU) berperan aktif melalui kerja sama dengan para petani. Salah satu inisiatif penting yang tengah digalakkan adalah penanaman komoditas cabai di beberapa wilayah KLU, seperti Desa Santong, Bayan, dan Tanjung. Total luas lahan tanam yang dikelola para Champion mencapai lebih dari 12 hektare. Secara rinci, area tersebut mencakup 10 hektare di Kayangan, 90 are di Bayan, 50 are di Tanjung, dan satu hektare di Santong.
Ketua Champion KLU, Agus Ibrahim, menjelaskan bahwa organisasi ini merupakan inisiatif yang dibentuk oleh pusat dan bekerja sama dengan Bank Indonesia. “Kami ada organisasi Champion, dibuat oleh pusat bersama BI. Di Indonesia Timur, Ketua Champion NTB adalah H Subhan. Di KLU, saya mendapat amanah sebagai ketua,” ungkap Agus Ibrahim.
Para Champion ini bergerak tidak sendiri. Mereka bekerja sama dengan para petani lokal yang menanam berbagai jenis cabai, seperti cabai rawit merah, cabai rawit hijau, cabai keriting merah, hingga cabai merah besar. Menurut Agus, peran Champion tidak hanya sebatas memfasilitasi petani dengan mulsa, bibit, dan pupuk, tetapi juga memberikan edukasi dan bimbingan mengenai cara budidaya cabai yang baik dan benar.
“Selain memberikan bibit dan pupuk, kami juga memberikan edukasi. Masih banyak petani yang belum memahami cara budidaya cabai yang benar. Jadi, kami hadir memberikan bimbingan, agar mereka menjadi binaan Champion,” jelas Agus.
Kerja sama ini bertujuan untuk mengendalikan inflasi, terutama dalam menjaga stabilitas harga cabai yang kerap berfluktuasi akibat minimnya pasokan. Dengan program Champion, pasokan cabai di KLU diharapkan dapat terjaga dan tidak menimbulkan gejolak harga di pasar. “Di KLU, kita baru mulai program ini pada Juni. Sekarang sudah panen perdana meskipun belum panen raya. Panen ketiga sudah berlangsung, terutama di cabai keriting merah,” tambahnya.
Selain memberikan bantuan berupa mulsa dan pupuk, Champion juga mendampingi para petani saat mereka mengalami kendala di lapangan. Jika ditemukan masalah seperti penyakit pada tanaman, tim Champion akan turun langsung ke lapangan untuk memberikan solusi. “Kita juga memberikan bimbingan dalam pemasaran komoditas cabai, sehingga petani tidak bingung mau menjual hasil panennya ke mana,” lanjut Agus.
Tantangan terbesar bagi petani cabai di KLU adalah pemasaran. Banyak petani yang menanam cabai dalam jumlah besar, namun kesulitan mencari pasar yang tepat. Champion hadir dengan solusi membeli hasil panen mereka secara langsung dengan harga yang sesuai dengan harga pasar, meski dengan pengurangan biaya pupuk dan mulsa yang disubsidikan.
“Kami mengambil hasil panen petani, berapa pun banyaknya. Harganya sesuai dengan pasar, tapi dikurangi biaya mulsa dan pupuk yang sudah kami berikan sebelumnya. Intinya, petani tidak rugi,” jelas Agus.
Keberhasilan program ini akan semakin terlihat pada panen raya yang diperkirakan akan berlangsung pada Oktober atau November mendatang. Dari total area tanam lebih dari 12 hektare, diprediksi akan menghasilkan sekitar 1,5 ton cabai. Hasil panen tersebut akan didistribusikan tidak hanya di KLU, tetapi juga di Kabupaten Lombok Timur, di mana cabai dari KLU pernah hadir dalam bazar dan pasar murah.
“Kami, para Champion, selain membantu petani, juga membuka peluang pekerjaan bagi ibu rumah tangga yang akan mensortir cabai,” tutup Agus, menegaskan pentingnya peran Champion dalam menjaga kestabilan pasokan cabai di KLU. Di tengah ketidakpastian ekonomi, peran mereka menjadi garda depan dalam menjaga kestabilan harga dan pasokan pangan di wilayah ini.