Tanjungtv.com – Di balik suasana sepi Desa Medana, tersembunyi sebuah cerita luar biasa yang terus hidup. Makam Medana, yang diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Papuq Dane, bukan hanya sekadar situs ziarah. Ia adalah simpul harapan, toleransi, dan berkah bagi banyak orang yang datang dari berbagai penjuru Lombok, bahkan luar pulau.
Saat siang hari, tempat ini tampak tenang, hanya sesekali suara burung terdengar. Namun, di akhir pekan atau malam hari, suasana berubah drastis. Peziarah dari berbagai kalangan, agama, dan latar belakang memadati tempat ini, bahkan ada yang rela bermalam hingga tiga hari. “Ada yang nginap sampai hajatnya terpenuhi,” kata Nasib, penjaga makam yang sudah bertahun-tahun setia menjaga tempat ini.
Papuq Dane: Figur Legenda yang Jadi Pemersatu
Cerita tentang Papuq Dane, nama yang mengilhami nama Desa Medana, begitu melekat di hati masyarakat. Meski tak ada bukti sejarah ilmiah tentang siapa sebenarnya beliau, kisah turun-temurun menyebutkan bahwa beliau adalah seorang tokoh penyebar agama Islam yang juga dikenal sebagai orang kaya yang dermawan. “Beliau pemurah, tidak membeda-bedakan siapa yang datang kepadanya,” ujar Nasib sambil menunjuk tulisan di depan makam: “Makam Medana, Pemersatu Umat Beragama.”
Harapan di Tengah Keputusasaan
Makam ini menjadi tujuan bagi mereka yang tengah dilanda masalah, terutama masalah ekonomi. “Banyak yang datang terlilit utang atau kesulitan finansial. Mereka berharap doa di sini menjadi jalan keluar,” ungkap Nasib. Salah satu cerita inspiratif datang dari Kundi, warga Desa Medana, yang mengaku menemukan jalan keluar setelah berziarah. “Saya dan istri sedang kesulitan ekonomi. Kami berdoa di sini, dan alhamdulillah rezeki mengalir tak lama setelahnya,” ujarnya dengan mata berbinar.
Tempat Ziarah Semua Agama
Yang menarik, makam ini tidak hanya dikunjungi umat Islam. Peziarah dari agama Hindu dan Buddha juga sering terlihat berdoa di sini. Bahkan, di area makam terdapat tempat ibadah umat Hindu. “Ini menunjukkan bahwa Papuq Dane adalah figur pemersatu yang diterima oleh semua agama,” tambah Nasib. Pesan toleransi juga terpampang di papan-papan kecil di area makam, salah satunya berbunyi, “Toleransi bukan hanya soal berdampingan, tetapi juga soal kesejajaran.”
Bukti Keajaiban atau Sugesti?
Bagi sebagian orang, berkah dari makam ini adalah bukti nyata keajaiban. Namun, tak sedikit yang melihatnya sebagai bentuk sugesti positif yang memotivasi peziarah untuk bangkit dari masalah. Apa pun itu, yang jelas, Makam Medana telah menjadi simbol harapan bagi banyak orang.
Ritual Syukuran dan Tradisi Unik
Ketika hajat mereka terpenuhi, para peziarah biasanya kembali untuk menggelar syukuran. Ada yang membawa kambing untuk disembelih dan dimasak bersama-sama sebagai bentuk rasa syukur. “Ramai sekali kalau ada yang datang untuk syukuran. Suasana jadi penuh kebahagiaan,” cerita Nasib.
Destinasi Wisata Religi Pluralisme
Makam Medana kini bukan hanya menjadi tempat ziarah, tetapi juga destinasi wisata religi yang mempromosikan pluralisme. Banyak wisatawan lokal maupun asing yang datang karena penasaran dengan cerita di balik makam ini. Tidak sedikit yang merasa terkesan dengan pesan-pesan damai dan toleransi yang terpampang di setiap sudut.
Makam yang Menjawab Doa dan Mempersatukan
Makam Medana adalah bukti hidup bagaimana sebuah tempat bisa menjadi oase harapan dan simbol toleransi di tengah masyarakat yang beragam. Tidak heran jika makam ini terus ramai dikunjungi, menjadi saksi bisu dari berbagai cerita kehidupan yang penuh warna.
Apakah benar doa di sini bisa melunasi utang? Atau ini hanya soal keyakinan? Satu hal yang pasti: Makam Medana tetap menjadi tempat di mana harapan bertemu dengan kenyataan, dan keberagaman dirayakan dalam harmoni.