Ngasuh Gunung, Ritual Leluhur di Kaki Rinjani yang Mengajarkan Kita Makna Hidup dan Kesucian Alam

banner 120x600
banner 468x60

Tanjungtv.com – Di tengah hiruk pikuk dunia modern, sore tadi, di sebuah kampung tradisional di Desa Senaru, sebuah ritual kuno penuh makna kembali digelar. “Ngasuh Gunung,” begitu masyarakat setempat menyebutnya. Ritual ini adalah warisan nenek moyang yang telah turun temurun dilakukan, dengan tujuan menjaga kesucian dan kelestarian kawasan Gunung Rinjani.

Kawasan yang bukan hanya megah secara fisik, tetapi juga sarat nilai spiritual bagi masyarakat Lombok Utara. Di tengah bale adat, suasana penuh khidmat terasa menyelimuti.

banner 325x300

Seperti biasa, tiap warga memiliki perannya masing-masing. Ada yang bertugas menyembelih kerbau sebagai hewan kurban, sebuah simbol pengorbanan manusia kepada alam. Sebagian lainnya sibuk memasak beras dan daging hewan tersebut, menghasilkan hidangan sederhana yang penuh rasa syukur. Di sisi lain, Amaq Lokak dan para tetua adat memimpin pembacaan doa, melibatkan alam semesta dalam ritual penuh kekhidmatan.

Namun, bukan hanya ritual yang mencuri perhatian kali ini. Seorang tamu istimewa hadir di tengah acara: Kusmalahadi Syamsuri, sosok pemimpin baru Lombok Utara yang baru saja memenangkan Pilkada. Dalam sebuah unggahan di media sosialnya, Bang Kus—sapaan akrabnya—menuliskan dengan santai namun penuh makna, “Semoga Kelestarian Alam kita terus terjaga hingga anak cucu kita nanti.”

Pernyataan tersebut langsung menarik perhatian warganet. Banyak yang mengapresiasi kehadiran Bang Kus di tengah ritual adat, dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada budaya dan tradisi leluhur. Namun, tidak sedikit juga yang menyoroti harapan besar masyarakat kepada pemimpin baru ini untuk benar-benar melindungi alam, terutama kawasan Gunung Rinjani yang kerap dihadapkan pada ancaman eksploitasi dan kerusakan lingkungan.

Ritual yang Menginspirasi

“Ngasuh Gunung” bukan sekadar acara adat, tetapi juga pengingat bagi kita semua akan hubungan manusia dengan alam. Di tengah modernitas yang sering mengabaikan nilai-nilai tradisional, ritual ini menjadi simbol perjuangan masyarakat Senaru untuk menjaga warisan budaya dan ekosistem.

“Ini bukan soal agama, ini soal rasa syukur kepada pencipta dan alam semesta. Kami percaya, jika alam dijaga, hidup kita juga akan diberkati,” ujar Amaq Lokak, sesepuh adat setempat.

Bang Kus dan Tantangan Pelestarian

Hadirnya Bang Kus dalam ritual ini menjadi momen penting, terutama di tengah harapan masyarakat agar pemerintah daerah benar-benar berpihak pada pelestarian alam. Sebagai kawasan yang menjadi destinasi wisata unggulan, Gunung Rinjani tak lepas dari ancaman. Penambangan liar, sampah pendaki, hingga alih fungsi lahan sering menjadi masalah yang sulit diatasi.

“Harapan kami sederhana, pemimpin tidak hanya datang melihat, tapi juga bertindak. Gunung Rinjani ini bukan hanya milik kami, tapi milik dunia. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?” kata salah satu warga, Pak Jamal, dengan nada penuh harap.

Netizen Merespons dengan Beragam Emosi

Unggahan Bang Kus di media sosial pun langsung menjadi viral. Kalimat sederhana namun penuh makna itu mengundang ribuan komentar. Beberapa netizen menyambutnya dengan penuh optimisme:

“Pemimpin yang mau datang ke tengah masyarakat begini yang kita butuhkan! Semoga tetap konsisten menjaga alam kita.”

“Lombok Utara beruntung punya pemimpin yang sadar lingkungan dan adat. Lanjutkan Bang Kus!”

Namun, ada juga yang skeptis:

“Bukan cuma hadir Bang, kami tunggu tindakan nyatanya untuk menghentikan penambangan liar di sekitar Rinjani.”

“Jangan sampai acara adat ini cuma jadi bahan kampanye, ya. Ingat, Bang Kus, janji adalah utang.”

Menjaga Warisan untuk Generasi Mendatang

Acara Ngasuh Gunung ini bukan hanya tentang adat, tetapi juga tentang bagaimana kita seharusnya memandang alam sebagai bagian dari kehidupan. Dalam era yang serba cepat ini, ajakan untuk melestarikan tradisi dan lingkungan bukan hanya tanggung jawab masyarakat adat, tetapi juga kita semua.

Bang Kus telah memberi pesan kuat dalam ritual ini, tetapi masyarakat Lombok Utara menunggu langkah nyatanya. Karena kelestarian Gunung Rinjani bukan hanya cerita indah, tetapi sebuah tanggung jawab besar yang akan diwariskan kepada anak cucu kita nanti.

So, Bang Kus, kita tunggu aksi nyata berikutnya! Jangan biarkan doa-doa di bale adat tadi hanya jadi bisikan angin di kaki Rinjani.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *