Tanjungtv.com – Harapan masyarakat Kota Tanjung terhadap proyek pemasangan penerangan jalan umum (PJU) di jalur dua jalan nasional mulai berubah menjadi kekecewaan. Hingga kini, dari 60 PJU yang direncanakan, baru 10 unit saja yang berhasil terpasang. Lambannya progres pengerjaan membuat publik bertanya-tanya tentang komitmen pemerintah daerah dalam menyelesaikan proyek infrastruktur vital ini.
Salah seorang warga, Rasyid (38), pengendara sepeda motor yang setiap hari melintasi jalur tersebut, mengaku kecewa karena masih banyak titik jalan yang gelap pada malam hari. “Kami sudah berharap besar pada proyek ini. Dengan jalan yang terang, risiko kecelakaan bisa berkurang. Tapi nyatanya, sampai sekarang progresnya sangat lambat,” ungkapnya, Senin (9/12).
Kekecewaan Meluas
Tidak hanya pengendara, warga yang tinggal di sekitar jalur nasional juga mengungkapkan kekhawatirannya. Menurut Wati (45), ibu rumah tangga, keterlambatan ini membuat aktivitas warga di malam hari masih terkendala. “Anak-anak sering pulang mengaji malam-malam. Kalau gelap begini, kami khawatir soal keselamatan mereka,” katanya.
Wati menambahkan bahwa proyek ini sempat menjadi perbincangan hangat di lingkungannya. Warga sempat optimis karena desain PJU yang unik dan mencerminkan budaya lokal. Namun, kini optimisme tersebut berubah menjadi rasa ragu. “Proyek ini kelihatannya bagus, tapi kalau pengerjaannya lambat begini, percuma,” tegasnya.
Respons Pemerintah
Kabid Prasarana dan Keselamatan Laut (Prasmat) pada Dishub KLU, Sazli Rais, menyebutkan bahwa keterlambatan disebabkan oleh pengiriman tiang PJU dari Surabaya yang memakan waktu lebih lama dari perkiraan. Ia memastikan bahwa pengerjaan akan dimaksimalkan dalam waktu yang tersisa.
“Kami yakin, sisa 50 unit PJU dapat dipasang sebelum tenggat kontrak berakhir pada 21 Desember. Kami meminta masyarakat bersabar sedikit lagi,” ujar Sazli.
Namun, pernyataan tersebut tampaknya belum cukup untuk meredakan kegelisahan warga. Mereka menilai bahwa proyek ini seharusnya direncanakan lebih matang, termasuk memastikan kelancaran logistik sejak awal.
Dampak Terhadap Kepercayaan
Keterlambatan ini tidak hanya memengaruhi kenyamanan warga, tetapi juga kepercayaan mereka terhadap pemerintah daerah. Beberapa warga menilai bahwa proyek-proyek infrastruktur sering kali terhambat oleh kurangnya pengawasan yang ketat.
“Kalau dari awal sudah tahu kendala seperti ini, seharusnya ada solusi cepat. Ini seperti proyek yang dibiarkan saja tanpa pengawasan serius,” kritik Ahmad (52), seorang pedagang setempat.
Ahmad juga mengungkapkan bahwa banyak warga mulai mempertanyakan transparansi dan tanggung jawab dari rekanan proyek, CV Duta Inti Perdana. “Kalau sampai kontrak berakhir dan belum selesai, siapa yang bertanggung jawab? Jangan-jangan masyarakat yang dirugikan lagi,” tambahnya.
Harapan Warga
Di tengah kekecewaan, warga masih berharap proyek ini dapat diselesaikan tepat waktu tanpa mengorbankan kualitas. Mereka meminta Dishub KLU dan pihak rekanan untuk bekerja lebih cepat dan lebih profesional.
“Kami tidak mau ini jadi proyek yang setengah jadi. Pemerintah harus mendengar suara kami. Jalan ini sangat penting untuk kehidupan kami sehari-hari,” pungkas Rasyid.
Proyek PJU yang semula diharapkan menjadi solusi penerangan dan simbol identitas budaya lokal kini justru menjadi ujian bagi pemerintah daerah untuk menunjukkan keseriusannya dalam melayani masyarakat. Warga Kota Tanjung kini hanya bisa menunggu dan berharap agar proyek ini tidak berakhir menjadi catatan kegagalan.