Tanjungtv.com – Wow! Angka investasi yang masuk ke Kabupaten Lombok Utara (KLU) bikin mata melotot. Bayangkan, selama tiga tahun terakhir, mulai 2021 hingga 2023, totalnya menyentuh Rp 20 triliun! Duit segunung itu berasal dari belasan ribu perusahaan yang terdaftar di sistem online single submission (OSS).
“Kalau lihat datanya, tahun ini saja sudah ada 11 ribu perusahaan yang terdaftar di OSS. Kalau dihitung-hitung, nilai investasinya sudah tembus angka Rp 20 triliun,” ungkap Sekretaris Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMPTSP-Naker) KLU, Erwin Rahadi, Selasa (17/12).
Tapi jangan buru-buru sujud syukur dulu. Meskipun angka investasinya luar biasa, jangan kaget kalau dominasi investornya masih dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Sementara Penanaman Modal Asing (PMA) masih bisa dihitung jari. Alasannya? PMA baru bisa masuk kalau nilai investasinya di atas Rp 10 miliar. Jadi, jangan heran kalau investor lokal masih jadi pemain utama di KLU.
“Untuk PMA memang belum banyak, tapi realisasinya justru lebih cepat. Tahun 2023 misalnya, dari total realisasi investasi sebesar Rp 1,11 triliun, sebanyak Rp 549,5 miliar berasal dari PMA, dan Rp 567,22 miliar dari PMDN,” beber Erwin.
Duit Masuk, Tapi Kemana?
Coba perhatikan, investasi PMA di KLU kebanyakan masuk ke sektor hotel dan restoran. Dua proyek PMA mencolok berada di Dusun Nipah, Desa Malaka dan Dusun Gili Air, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang. Nggak heran sih, wilayah ini memang surganya para wisatawan.
“Ke depannya, kita upayakan agar investasi nggak cuma di sektor hotel dan restoran saja. Sektor pertanian dan lainnya juga akan kita dorong. Kita mau investasi ini menyebar, nggak cuma di Pemenang, tapi sampai ke seluruh KLU,” katanya penuh semangat.
Nah, salah satu wilayah yang dilirik adalah Kerakas, Kecamatan Gangga. Daerah ini katanya punya tujuh sumber mata air yang bikin ngiler para investor. Bayangkan, potensi laut dan sumber air itu bisa dikembangkan menjadi aset wisata atau industri lain. Bahkan saat ini, hotel dan bungalow sudah mulai berdiri di sekitar wilayah itu.
Tapi Kenapa Masih Banyak yang Nganggur?
Pertanyaan besar: kalau duit sebesar Rp 20 triliun sudah masuk, kenapa masih banyak warga Lombok Utara yang bingung cari kerja? Apakah investasi ini benar-benar membawa dampak signifikan ke masyarakat? Atau hanya jadi angka-angka manis di atas kertas?
Di balik cerita indah tentang miliaran rupiah yang mengalir, persoalan tenaga kerja lokal masih jadi PR besar. Kalau ditelisik, banyak proyek besar lebih mengandalkan tenaga kerja dari luar daerah. Entah karena keahlian, koneksi, atau alasan lainnya, warga lokal kadang cuma jadi penonton di rumah sendiri.
“Ya, kita juga nggak mau jadi daerah yang cuma dilirik duitnya. Harus ada dampak nyata untuk masyarakat lokal,” tegas Erwin sambil menyebut bahwa pihaknya berkomitmen mendampingi setiap kendala investasi. Kalau investor mentok di birokrasi, DPMPTSP siap jadi tameng.
Investor Aman? Tenang, KLU Lebih Nyaman!
Satu hal yang nggak bisa dipungkiri, KLU jadi primadona investasi karena menawarkan keamanan dan kenyamanan. Ini jadi poin plus yang jarang dimiliki daerah lain di NTB. Keamanan yang terjaga bikin investor berani merogoh kocek dalam-dalam untuk menanam modal.
“Selain potensi alam yang menjanjikan, keamanan di KLU lebih terjamin dibandingkan daerah lain. Kita juga permudah izin dan pendampingan untuk investor. Kalau ada kendala, kita siap bantu,” tegas Erwin.
Namun, kembali ke pertanyaan awal: Rp 20 triliun itu duit segunung! Kalau sampai nggak memberi dampak signifikan untuk kesejahteraan masyarakat Lombok Utara, harusnya ada yang dicermati lagi.
Catatan untuk Pemda KLU
Kalau memang investasi terus diguyur dan sektor pariwisata jadi primadona, apa langkah pemerintah untuk mendorong keterlibatan masyarakat lokal? Apakah ada pelatihan tenaga kerja, bantuan modal untuk UMKM, atau sekadar pengawasan agar proyek besar ini nggak hanya jadi “buah manis yang nggak bisa dipetik rakyat”?
Masyarakat Lombok Utara jelas berharap banyak. Angka Rp 20 triliun ini bukan cuma soal kebanggaan, tapi juga janji kesejahteraan. Jangan sampai duit besar ini hanya mampir di papan reklame, sementara realitanya rakyat masih gigit jari.