Tanjungtv.com – Kepemimpinan Djohan Sjamsu dan Danny Karter Febrianto sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lombok Utara (KLU) baru saja melewati tahun ketiganya sejak dilantik pada 26 Februari 2021. Dalam tiga tahun terakhir, duo ini telah menorehkan sederet capaian gemilang yang berhasil mengangkat nama KLU di panggung provinsi. Namun, apakah segalanya sudah sempurna? Tidak juga. Mari kita bahas!
Dari Tertinggal ke Terdepan
Satu pencapaian yang layak diacungi jempol adalah KLU kini lepas dari status daerah tertinggal, menjadikannya satu-satunya kabupaten di NTB yang berhasil melakukan lompatan ini pada tahun ini. Sebuah kebanggaan, mengingat status tertinggal adalah stigma yang bertahun-tahun melekat.
“KLU dulu identik dengan daerah tertinggal. Hari ini, kita bisa berdiri sejajar dengan daerah lain,” kata Djohan Sjamsu dalam konferensi persnya, Senin (16/12).
Namun, ini baru awal cerita. Di balik pencapaian ini, masih ada PR besar, terutama di sektor pendidikan dan kesejahteraan.
PAD Melejit, KLU Kaya Raya
Mari bicara uang. Pendapatan Asli Daerah (PAD) KLU kini telah melampaui target. Dari target Rp 301 miliar, realisasinya mencapai Rp 320 miliar atau 106,28 persen. Bandingkan ini dengan PAD awal berdirinya KLU pada 2007 yang hanya Rp 8 miliar—lonjakan ini bak bumi dan langit.
“Ini hasil kerja keras kita bersama, dan angkanya masih bisa bertambah,” ujar Djohan penuh optimisme. Tapi, benarkah PAD ini cukup untuk menopang semua mimpi besar KLU? Beberapa kritikus menilai anggaran ini perlu lebih banyak dialokasikan untuk sektor prioritas seperti pendidikan dan pengentasan kemiskinan.
Stunting dan Kemiskinan: Dua Monster yang Mulai Terkendali
Dalam perang melawan stunting, Djohan dan Danny sudah bisa bernapas lega. Dari angka mengkhawatirkan 30 persen pada 2021, kini hanya tersisa 13 persen—di bawah target nasional 14 persen. Kemiskinan juga turun drastis dari 43 persen saat KLU berdiri menjadi 23 persen.
“Ini bukan kerja main-main. Angka-angka ini butuh dedikasi,” tegas Djohan. Tapi tunggu dulu, apakah penurunan ini merata di semua desa? Banyak yang mempertanyakan, apakah daerah-daerah terpencil seperti Bayan dan Kayangan merasakan dampak yang sama?
Universal Health Coverage (UHC): Langkah Besar di Bidang Kesehatan
Inovasi di sektor kesehatan tak kalah gemilang. Dengan sistem Universal Health Coverage (UHC), masyarakat KLU kini cukup menunjukkan KTP untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tak perlu antre panjang atau sibuk mencari dokumen tambahan.
“Ini revolusi pelayanan kesehatan. Semua warga bisa menikmati BPJS tanpa ribet,” tambah Danny. Namun, beberapa warga masih mengeluhkan kualitas layanan di puskesmas dan RSUD KLU yang dinilai belum maksimal.
IPM Masih di Zona Merah
Indeks Prestasi Manusia (IPM) KLU memang terus naik, kini berada di angka 68,64. Sayangnya, ini tetap menjadikan KLU sebagai daerah dengan IPM terendah di NTB. Danny beralasan, “Wajar saja, karena KLU masih muda.”
Alasan ini bisa diterima, tapi sampai kapan? Penduduk muda KLU membutuhkan akses pendidikan yang lebih merata, lapangan pekerjaan yang lebih banyak, dan infrastruktur yang memadai. Jika tidak, IPM akan terus menjadi pekerjaan rumah besar.
Infrastruktur: Jalan Mulus, Kantor Megah
Di bidang infrastruktur, pencapaian KLU juga patut diapresiasi. Jalan-jalan baru, kantor bupati, kantor DPRD, hingga gedung organisasi perangkat daerah telah berdiri megah. Tapi, apakah itu cukup? Beberapa daerah pedalaman masih mengeluhkan akses jalan yang rusak, yang ironisnya terabaikan meski PAD terus naik.
PR Besar: Mimpi KLU Jadi Daerah Hebat
Di balik semua angka dan statistik, masih ada banyak cerita yang perlu diperhatikan. Pendidikan, kualitas layanan publik, dan pemberdayaan masyarakat di desa-desa terpencil harus menjadi fokus berikutnya. Warga KLU tidak hanya butuh angka di atas kertas; mereka butuh dampak nyata di kehidupan sehari-hari.
Seperti yang dikatakan salah satu warga, “Kami bangga KLU maju, tapi kami ingin merasakannya, bukan hanya membaca beritanya.”
Jadi, apakah Djohan dan Danny telah berhasil membawa KLU terbang tinggi? Ya, tapi apakah KLU sudah sampai di puncaknya? Belum. Karena mimpi besar tidak hanya tentang apa yang sudah dicapai, tetapi apa yang masih harus diwujudkan. Tanjung, kita masih punya banyak PR!