Tanjungtv.com — Pilkada Lombok Utara tahun ini menghadirkan dinamika baru dalam metode kampanye. Kampanye digital menjadi tren utama yang semakin banyak diadopsi oleh pasangan calon untuk meraih simpati pemilih, terutama generasi muda. Dengan meningkatnya pengguna internet dan media sosial di kalangan anak muda, kampanye digital tidak lagi menjadi sekadar pelengkap tetapi menjadi medium utama untuk menyampaikan visi, misi, serta program kerja kandidat. Tidak sedikit kandidat yang menggunakan berbagai platform, seperti Instagram, Facebook, hingga TikTok, untuk menjangkau pemilih muda yang semakin dominan dalam demografi pemilih Lombok Utara.
Dalam era yang serba digital ini, generasi muda cenderung mengandalkan internet untuk memperoleh informasi. Dengan pendekatan digital, kandidat dapat memberikan akses mudah bagi pemilih untuk memahami visi dan misi mereka. Di sisi lain, penggunaan media sosial dalam kampanye juga memungkinkan kandidat untuk melakukan interaksi dua arah dengan pemilih, sesuatu yang sulit dicapai dengan pendekatan kampanye tradisional. Berbagai program kampanye kini lebih mudah diketahui dan diikuti masyarakat luas hanya dengan mengikuti akun resmi para kandidat.
Metode kampanye ini juga memungkinkan fleksibilitas yang tinggi bagi kandidat untuk memantau tren, tanggapan, dan masukan langsung dari pemilih. Calon-calon bupati Lombok Utara mulai menggunakan konten interaktif seperti live streaming untuk menjawab pertanyaan dari warga secara real-time. Dengan adanya interaksi langsung, para kandidat dapat dengan cepat menjelaskan program-program unggulan mereka sekaligus menangkap aspirasi dari pemilih muda. Di sisi lain, pemilih juga dapat lebih mudah mengenali figur calon secara personal, di mana hal ini menjadi nilai tambah yang sulit diwujudkan pada masa-masa kampanye sebelumnya.
Menurut data dari KPU setempat, jumlah pemilih pemula di Lombok Utara mencapai hampir 30 persen dari total pemilih. Fakta ini mendorong para kandidat untuk merombak strategi kampanye mereka agar lebih mengakomodasi kebutuhan generasi muda yang kerap mengakses informasi lewat platform digital. Salah satu kandidat, misalnya, secara khusus membuat konten edukasi tentang program-program pembangunan berkelanjutan di Lombok Utara yang diunggah di akun media sosial resminya. Dalam salah satu kontennya, ia menampilkan video berdurasi pendek yang menjelaskan komitmen terhadap lingkungan dengan gaya bahasa yang menarik perhatian anak muda.
Tidak hanya itu, kampanye digital juga membuat proses penyebaran informasi menjadi lebih cepat dan merata. Para tim sukses kandidat kini lebih banyak mengandalkan penyebaran berita melalui grup WhatsApp dan platform chatting lainnya untuk menjangkau warga di pelosok Lombok Utara. Bahkan, ada beberapa kandidat yang secara khusus merekrut tim konten kreator untuk memastikan setiap postingan di media sosial mampu menarik perhatian audiens dengan gaya visual yang kreatif dan menarik. Pendekatan ini menunjukkan bahwa tim kampanye semakin menyadari pentingnya estetika visual dan kecepatan dalam menyampaikan pesan.
Namun, tren kampanye digital ini tidak lepas dari tantangan. Di satu sisi, digitalisasi kampanye memberikan akses yang luas, namun di sisi lain, kandidat perlu berhadapan dengan risiko penyebaran informasi yang tidak terverifikasi atau berita hoaks. Beberapa kandidat bahkan mulai mendapat tantangan berupa kampanye hitam yang beredar di dunia maya. Hal ini menjadi perhatian serius bagi para tim sukses yang kemudian menggandeng beberapa komunitas digital dan tokoh masyarakat untuk memberikan edukasi tentang pentingnya memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya.
Salah satu pemilih muda, Fikri (23), yang aktif menggunakan media sosial, menyampaikan bahwa pendekatan digital ini membuatnya lebih mudah untuk menilai program kandidat. “Saya lebih sering melihat program mereka di Instagram dan TikTok. Ada juga live streaming yang kadang saya tonton. Rasanya lebih akrab dan bisa memahami apa yang akan dilakukan calon jika terpilih. Kalau dulu, informasi seperti ini hanya dari selebaran atau poster di jalan,” ujarnya.
Pengaruh pendekatan digital ini memang tidak dapat dipandang remeh. Beberapa survei menunjukkan bahwa calon yang memiliki engagement tinggi di media sosial cenderung lebih dikenal di kalangan pemilih muda. Mereka cenderung membagikan konten yang dirasa sesuai dengan nilai-nilai anak muda, seperti isu lingkungan, pendidikan, dan lapangan kerja. Bahkan, ada pula kandidat yang mengadakan lomba video kreatif di TikTok sebagai salah satu cara untuk meningkatkan interaksi dengan pemilih muda. Strategi ini terbukti mampu menciptakan kesan positif di kalangan pemilih, yang pada akhirnya meningkatkan popularitas kandidat tersebut.
Tantangan lain dari kampanye digital adalah keberagaman tingkat literasi digital di Lombok Utara. Tidak semua pemilih muda familiar dengan platform digital tertentu, terutama di wilayah pedesaan. Meski demikian, beberapa kandidat mencoba mengatasi hal ini dengan membuat konten yang bisa diakses secara offline. Misalnya, mereka mengirimkan video kampanye melalui format MP4 ke grup WhatsApp keluarga atau komunitas desa, sehingga lebih mudah diakses oleh mereka yang tinggal di daerah dengan konektivitas rendah.
Dengan terus berkembangnya tren kampanye digital ini, para kandidat diharapkan tetap konsisten dalam menjaga kredibilitas dan akuntabilitas mereka. Pihak penyelenggara pemilu, seperti Bawaslu, juga mulai berupaya memantau konten digital untuk menghindari pelanggaran kampanye, terutama yang terkait dengan ujaran kebencian atau fitnah. Kampanye digital tidak hanya menawarkan akses yang lebih luas bagi kandidat, tetapi juga memberi ruang yang lebih transparan bagi publik untuk menilai kapabilitas dan kejujuran calon pemimpin mereka.
Kampanye Pilkada Lombok Utara tahun ini mungkin akan menjadi salah satu yang paling menarik untuk disaksikan, terutama bagi generasi muda yang aktif di media sosial. Dengan kemajuan teknologi dan pendekatan digital yang semakin masif, Pilkada tahun ini tidak hanya akan menentukan arah pembangunan daerah tetapi juga menjadi tonggak perubahan dalam bagaimana politik dijalankan di era digital.